Membawa Nama Aceh dan Nama Kampus ke Pentas Nasional
SaranNews | Jakarta, 18 Juni 2025 – Sebuah prestasi membanggakan kembali ditorehkan oleh putra-putra terbaik Aceh di tingkat nasional. Tim Pandu Cerdas, yang beranggotakan Muhammad Ulwy, M Dolyanda Harialdy, dan Fillahi Akbar, sukses meraih Juara 2 kategori BIP Mahasiswa/Umum dalam ajang 5ME2045 Mata Garuda Business Competition yang diselenggarakan di Jakarta. Ketiganya merupakan mahasiswa aktif UIN Ar-Raniry Banda Aceh yang mewakili wilayah Sumatera Bagian Utara (Aceh, Riau, Kepri, Sumut, dan Sumbar).
Diselenggarakan oleh Matagaruda dan didukung oleh LPDP serta HIPMI Institute, ajang ini menjadi panggung bagi para pemuda dari seluruh Indonesia untuk menampilkan ide bisnis inovatif yang mampu memberikan dampak sosial nyata bagi masyarakat. Kompetisi ini merupakan bagian dari gerakan nasional “5 Million Entrepreneurs 2045” yang bertujuan mencetak lima juta wirausaha muda menjelang satu abad kemerdekaan Republik Indonesia.
Pandu Cerdas hadir sebagai solusi inklusif berbasis teknologi Artificial Intelligence (AI) untuk sektor pendidikan. Aplikasi ini dirancang khusus untuk membantu siswa tunanetra belajar dan mengikuti ujian secara mandiri. Dengan mengandalkan fitur seperti text-to-speech, chatbot pintar, dan kendali berbasis suara, aplikasi ini memungkinkan siswa disabilitas netra memperoleh akses pendidikan yang setara dan bermartabat.
Muhammad Ulwy, M Dolyanda Harialdy, dan Fillahi Akbar, yang merupakan anggota tim Pandu Cerdas, menjelaskan bahwa ide tersebut lahir dari keprihatinan terhadap minimnya akses teknologi yang inklusif di dunia pendidikan Indonesia. “Kami menyadari bahwa siswa penyandang disabilitas kerap kali tertinggal dalam hal pembelajaran karena keterbatasan alat bantu yang tersedia. Pandu Cerdas hadir untuk menjembatani kesenjangan tersebut,” ujar M Dolyanda dalam sesi wawancara setelah pengumuman pemenang.
Dalam penilaian dewan juri, Pandu Cerdas dinilai unggul dalam beberapa aspek utama: kebermanfaatan sosial, potensi jangkauan pengguna yang luas, kejelian memanfaatkan teknologi terkini, serta kesiapan implementasi produk. Tim juri juga menyoroti pendekatan berbasis empati yang diterapkan tim dalam merancang antarmuka dan pengalaman pengguna bagi siswa dengan kebutuhan khusus.
Ulwy, yang juga sebagai COO Pandu Cerdas, menyatakan rasa syukurnya atas capaian ini. “Kami bangga bisa mengharumkan nama Aceh di tingkat nasional. Kemenangan ini kami persembahkan untuk seluruh pelajar tunanetra di Indonesia yang berhak atas pendidikan yang layak dan bermutu,” ujarnya.
Sementara itu, Fillahi Akbar menambahkan bahwa timnya tidak akan berhenti sampai di sini. “Kami akan terus menyempurnakan teknologi ini agar dapat diakses oleh lebih banyak siswa di berbagai provinsi, dan kelak bisa menjadi produk unggulan Indonesia dalam ranah teknologi edukasi inklusif.”
Dalam waktu dekat, tim Pandu Cerdas juga akan menghadiri sejumlah agenda penting di Jakarta sebagai tindak lanjut dari kompetisi ini. Kehadiran mereka dalam forum nasional tersebut menjadi peluang strategis untuk memperkenalkan inovasi mereka kepada pemangku kebijakan dan pelaku industri teknologi pendidikan.
Untuk itu, mereka sangat membutuhkan dukungan dari pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, khususnya dalam bentuk pendanaan lanjutan, dukungan penelitian dan pengembangan, integrasi ke dalam sistem kurikulum pendidikan inklusif nasional, serta penyediaan akses distribusi ke sekolah-sekolah luar biasa (SLB) dan lembaga pendidikan yang menangani anak berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.