Aceh Selatan | SaranNews – Menyikapi wacana anggota DPRK Aceh Selatan Alja Yusnadi untuk menjadikan Aceh Selatan sebagai kota wisata disambut baik oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Aceh Selatan. Sebab,apa yang disampaikan oleh anggota DPRK tersebut memang sedang diupayakan oleh pemerintah kabupaten Aceh Selatan.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Aceh Muchin saat di hubungi SaranNews mengatakan,selama 3 tahun terakhir kita terus membuat trand baru dalam pengembangan sektor wisata di Aceh Selatan.
Begitupun, pihaknya juga menyelesaikan regulasi yang dibutuhkan untuk pengembangan sektor wisata. Sebab , tanpa adanya regulasi dan perencanaan yang baik akan mengakibatkan program yang kita laksanakan tidak akan terukur dan hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
“Dalam 3 tahun terakhir ini kita sudah menyiapkan Qanun Ripparda Aceh Selatan (Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Daerah) sebagai turunan dari Riparnas dan Riparda Aceh. Sebagai landasan hukum untuk pengusulan pembangunan pariwisata baik ke propinsi maupun ke pusat” kata Muchsin, Senin 10 Februari 2025.
“Kita juga sudah menyelesaikak qanun restribusi yang secara menyatu di tingkat kabupaten dengan turunan perbubnya yang baru selesai di akhir tahun 2024, sehingga segala pungutan restribusi, uang parkir atau penggunaan fasilitas wisata akan jadi legal dan tertib” sambungnya.
Lebih lanjut, sebut Muchsin, permasalahan regulasi sudah tuntas dan selama tiga tahun ini kita juga mendongkrak promosi pariwisata baik melalui media online, vidio promosi, pemberitaan maupun keikut sertaan di berbagai event promosi baik tingkat propinsi maupun nasional.
Misalnya,keikut sertaan di ajang Anugerah Pesona Indonesia (API), dimana hasilnya 4 tahun berturut turut menjadi juara, dan ini adalah bagian dari promosi kita di tingkat Nasional sehingga Aceh Selatan yang punya banyak potensi wisata bisa terbuka informasinya ke Nusantara.
Buktinya, dengan promosi yang kita lakukan ini kita dapat mengukur tingkat kehadiran pengunjung ke aceh selatan, sebagai tolok ukur kita sudah mendata jumlah tamu hotel yang ada di 22 fasilitas penginapan yang ada di aceh selatan.
Hasil yang kita dapatkan terus meningkat jumlah hunian yang menginap tiap bulan dan rata rata dalam 1 tahun ada sejumlah 50 ribu jiwa tamu yang menginap, baik itu wisatawan Asing maupun wisatawan usantara.
“Jadi perkiraan pengunjuang ke Aceh Selatan dapat tembus angka 100 ribu jiwa pertahun selama 3 tahun terakhir ini kalau dijunlahkan dengan wisatawan atau pengunjung yang tidak menginap” lanjut Muchsin.
Hal ini juga dapat dilihat sekarang banyak fasilitas penginapan yang baru bermunculan di aceh selatan dan banyak fasilitas restoran atau cafe cafe yang bermunculan, ini adalah pertanda pergerakan sektor pariwisata kita di Barat Selatan Aceh sudah diperhitungkan dan dijadikan debagai daerah tujuan wisata.
Muchsin menambahkan, eelama 3 tahun terakhir ini, pihaknya tidak hanya membanguan wahana wisata buatan baru, tapi juga menghidupkan potensi wisata yang ada untuk dikembangkan berbasis masyarakat setempat atau Desa, sehingga sekarang sudah mulai muncul lokasi lokasi wisata baru yang terus bergerak tumbuh.
Sebut saja, seperti Desa Lhokrukam di Tapaktuan, Pantai SBB di Labuhanhaji, Pantai Batee Puteh di Meukek dan banyak lagi lainnya selain lokasi wisata yang sudah ada.
Pun demikian, ditahun ke 4 ini Dinas Pariwisata Aceh Selatan punya program untuk menyusun DED dibeberapa Lokasi wisata yang sudah ada sehingga pembangunan nantinya tidak sia sia dan tepat sasaran.
“Dari hasil yang sudah kita lakukan dengan Melahirkan tagline Parisiwata aceh selatan dengan Logo Tapak Tuan Tapa sebagai Ikon Wisata Aceh Selatan dan Taglinenya “Aceh Selatan Ceudah” ujar Muchsin.
Soal pendapatan daerah , Muchsin menjelaskan, kita jangan hanya terpaku kepada berapa yang baru dipungut oleh Dinas Pariwisata, tapi kita harus melihat secara keseluruhan berapa pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata yang ada di Bidang Pendapatan atau BPKKD.
Untuk 3 tahun trakhir ini mungkin lebih dari 2 Milyar su.bangan PAD dari sektor Pariwisata dan terus mengalami peningkatan. Seperti pajak 10%, restoran, pajak perhotelan dan resribusi parkir dan restribusi masuk ke lokasi wisata.
” Jadi secara logika berfikir kita kalau tidak ada kenaikan jumlah pengunjung wisata yang datang ke aceh selatan ini dari mana pajak itu dapat dibayarkan” jelas Muchsin.
Untuk restribusi masuk kelokasi wisata, Muchsin mengakui, sementara ini memang baru dari Lokasi Wisata Tapaktuan Tapa yang sudah kita pungut secara resmi sesuai aturan yang ada, dan tentunya kita akan terus menjajaki kebeberapa lokasi wisata lainnya.
“Namun kita juga jangan hanya melihat dengan peningkatan sektor wisata ini dari PAD semata, tapi kita juga harus melihat multiefek yang dapat dirasakan oleh penduduk setempat dilokasi wisata, mereka dapat membuka usaha usaha mikro disekitarnya untuk menambah pendapatan mereka ” sebut Muchsin.
Begitupun, sebut Muchsin, pihaknya juga sudah mulai mengajak para terutama pengusaha lokal untuk membangun wahana wisata diberbagai lokasi dengan adanya peningkatan angka kunjubgan wisatawan ke aceh selatan.
Seperti Alifa Land di Pantai SBB Labuham Haji dan Lubuk Indah di Sikabu Samadua itu dibangun oleh pengusaha dan tentu dengan adanya wahana yang modern seperti itu juga akan terus diikuti oleh tumbuhnya perekonomian masyarakat setempat.
“Semoa harapan kita kedepan akan ada lagi pengusaha pengusaha lainnya yang ikut berinfestasi, dan semoga pembanguan sektor pariwisata yang maju dan produktif masuk dalam RPJM san RPJP aceh selatan sehingga impian kita semua akan terwujud dengan baik” ujar Muchsin.|HK