Penataan Situs Kapal Tsunami Lampulo: Asa Orang Tua Tunggal di Tengah Ketidakpastian

  • Bagikan

BANDA ACEH – SaranNews | Pemerintah Kota Banda Aceh tengah melaksanakan proyek penataan lanskap di Objek Wisata Kapal di Atas Rumah, Gampong Lampulo, sebuah situs bersejarah yang menjadi pengingat dahsyatnya bencana tsunami tahun 2004.

Proyek yang didanai oleh Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA) ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan wisatawan serta memberdayakan ekonomi masyarakat sekitar, Namun, di tengah pembangunan yang sedang berjalan, muncul harapan sekaligus kecemasan dari para pedagang yang telah lama menggantungkan hidupnya di lokasi tersebut.

Salah satu bagian utama dari proyek senilai Rp 484.365.000,00 ini adalah pembangunan Galeri UMKM yang ditujukan bagi para pelaku usaha sekitar untuk dapat membuka usahanya secara lebih representative.

Pembangunan fondasi untuk empat unit galeri UMKM sudah mulai dikerjakan di lokasi. Harapannya, keberadaan galeri ini dapat meningkatkan perekonomian masyarakat setempat seiring dengan berkembangnya objek wisata andalan Kota Banda Aceh tersebut.

Mahliati (44 tahun) salah seorang pedagang menaruh harapan besar pada pembangunan ini. Sebagai orang tua tunggal, ia telah berjuang menghidupi anak perempuannya yang yatim setelah suaminya meninggal dunia beberapa tahun lalu. Kios seadanya tempat ia berjualan makanan ringan dan suvenir seadanya di lokasi wisata tersebut menjadi satu-satunya sumber penghidupan bagi keluarganya. Oleh karena itu, kesempatan untuk menempati salah satu gerai yang sedang dibangun menjadi asa baginya untuk mendapatkan tempat usaha yang lebih layak dan terlindungi.

Namun, harapan tersebut diiringi kebingungan. Mahliati dan pedagang lainnya mengaku tidak tahu menahu mengenai prosedur untuk bisa mendapatkan tempat di galeri tersebut. “Saya tentu berharap sekali bisa dapat tempat di situ nanti. Tapi kami tidak tahu harus mengurusnya ke mana dan bagaimana caranya,” ujar Mahliati saat ditemui sarannews di lokasi beberapa waktu yang lalu.

Kekhawatiran Mahliati semakin menjadi ketika ia mencoba menanyakan perihal ini kepada seorang pejabat yang pernah berkunjung ke lokasi proyek. Bukannya mendapatkan kejelasan, ia justru menerima jawaban yang membuatnya semakin bingung. “Ketika saya tanyakan, pejabat itu menjawab, ‘kalau mau Gerai itu berurusan dengan Walikota’,” katanya menirukan ucapan sang pejabat.

Jawaban tersebut menimbulkan tanda tanya besar bagi para pedagang kecil seperti Mahliati, yang merasa mustahil untuk bisa langsung berurusan dengan walikota hanya untuk mendapatkan hak menempati sebuah gerai UMKM. Padahal, tujuan mulia dari proyek ini, sebagaimana tertulis dalam uraian pekerjaan, adalah untuk memberdayakan para pelaku usaha di sekitar objek wisata.[Red].

Penulis: ZamzamiEditor: Redaksi
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *