Revitalisasi SDN 63 Banda Aceh Terus Dikebut, Keterbatasan Lahan Jadi Tantangan

  • Bagikan

BANDA ACEH | SaranNews – Proyek revitalisasi sarana, prasarana, dan utilitas di Sekolah Dasar Negeri 63 Kota Banda Aceh terus menunjukkan kemajuan yang positif. Berdasarkan pantauan di lokasi pada Minggu, 27 Juli 2025, pengerjaan fisik proyek yang didanai dari Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA) ini telah melampaui target yang direncanakan, meskipun dihadapkan pada tantangan keterbatasan lahan.

Proyek yang dikerjakan oleh CV. Topi Jerami dengan pengawasan dari CV. Wahana Utama Consultant ini mencakup pembangunan kembali ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, perpustakaan, dan aula. Sesuai papan informasi proyek, pekerjaan dengan nomor kontrak 027/A.3/2196/2025 ini dimulai pada 23 Juni 2025 dan dijadwalkan berlangsung selama 180 hari kalender.

Di lokasi proyek, para pekerja terlihat sibuk menyelesaikan pembuatan pondasi dan struktur bangunan. Namun, sempitnya area kerja menjadi kendala utama. Farhan, perwakilan dari pihak pelaksana, menjelaskan bahwa kondisi ini membuat mereka tidak dapat menimbun material dalam jumlah besar.

“Pekerjaan berjalan lancar, namun lokasi agak sempit sehingga tidak bisa stok material dengan cukup. Material sirtu, besi terpaksa disuplai bertahap karena tidak ada lokasi yang cukup untuk stoknya. Demikian juga untuk pembuatan sumuran untuk pondasi tiang itu sangat memakan tempat,” katanya.

Farhan menambahkan, tantangan lain adalah kegiatan belajar mengajar yang tetap aktif selama proyek berlangsung. “Saat pekerjaan proyek ini berlangsung, proses belajar mengajar sekolah juga aktif bahkan sampai sore, karena pihak sekolah melakukan jam belajar dua sif, pagi dan sore,” ujarnya.

Meskipun menghadapi kendala tersebut, realisasi pekerjaan di lapangan justru lebih cepat dari jadwal. Hal ini dikonfirmasi oleh personil konsultan pengawas, Kadri. Saat dihubungi secara terpisah melalui pesan WhatsApp, ia memaparkan data kemajuan proyek.

“Untuk progres SD 63 rencana 13,53 persen, realisasi di lapangan 15,76 persen,” tulis Kadri. Ia juga membenarkan tantangan yang dihadapi pelaksana di lapangan. “Iya pak, untuk lokasinya sempit,” ujarnya.

Sementara itu, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Banda Aceh belum memberikan tanggapan terkait pelaksanaan proyek ini. Redaksi telah mencoba menghubungi dinas untuk menanyakan apakah ada rencana pengalihan sementara proses belajar mengajar guna memberikan ruang kerja yang lebih leluasa bagi kontraktor, namun hingga berita ini diturunkan, belum ada jawaban yang diterima.[Red]

Penulis: Mersal WandiEditor: Redaksi
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *